Thesis Journey: Penantian adalah bagian dari proses


"Menunggu memang memakan waktu"

Selasa, 18 Juni 2019.
Pagi hari ini bapak yang menjual rumput laut memberikan pesan kepada saya bahwa rumput laut akan dikirim hari ini. Segera saja saya menghubungi bagian pilot plant atau sekarang menjadi kewirausahaan UB (sebenarnya saya kurang tahu pasti, pokoknya begitulah) untuk menanyakan alat cabinet dryer apakah ada yang menggunakan pada tanggal 19 hingga 21 Juni 2019. Alhmadulillaah, ternyata belum ada yang memakai.

Sembari menunggu, saya pun keluar untuk shalat duhur dan makan pagi sekaligus makan siang. Lalu kembali lagi ke kosan untuk istirahat karena memang badan agak tidak enak. Ketika ashar saya segera keluar untuk shalat ashar dan sekalian menanti kedatangan rumput laut. Nomor kondektur bus sudah saya kantongi, tetapi ternyata nomor tersebut tidak bisa dihubungi. Jadilah saya menunggu saja di terminal Arjosari, Malang sesuai saran bapak yang menjual rumput laut. Karena waktu masih agak lama, saya sempatkan makan mi ayam yang kemarin malam ternyata sudah habis ketika saya kunjungi. Baru kemudian saya menuju ke terminal sekitar pukul 16.30 WIB. Jalanan lumayan macet hingga pertigaan Masjid Sabilillah, tapi setelah pertigaan tersebut jalanan cukup lancar. 

Saya pun sampai di terminal sekitar pukul 16.45. Menunggu dan menunggu bus tak kunjung datang. Menjelang maghrib saya menghampiri dua orang yang sedang mengobrol di tempat peristirahatan sopir yang saya perkirakan adalah sopir bus. Saya pun bertanya kapan kedatangan bus damri dari Sumenep. Salah seorang bapak menjawab paling sekitar setengah tujuh mas. Saya pun duduk sambil mendengar perbincangan dua bapak-bapak tadi sampai salah satunya pergi duluan. Saya pun mengobrol dengan bapak yang masih bersama saya. Beliau juga seorang supir dan rumahnya ada di Nganjuk, cukup dekat dengan terminal Nganjuk, ada pun ibu beliau tinggal di Malang, tak jauh dari Universitas Brawijaya. Saya pun mengundurkan diri untuk shalat maghrib.

Setelah shalat, ternyata ada panggilan dari bapak penjual rumput laut bahwa rumput laut sudah datang kok belum diambil, tentu saya bingung karena tidak ada bus yang di maksud sejak saya menuggu. Akhirnya saya diberi nomor yang baru, yang sudah benar untuk kemudian saya hubungi. Setelah tersambung dengan kondektur bus, kami pun berjanjian bertemu di pom bensin terminal sekitar pukul 18.30 WIB.

Terkejut. Itulah yang terjadi pada diri saya. Ternyata 20 kilogram rumput laut itu sekarung (ukuran satu kuintal). Mulai bingung bagaimana cara mengikatnya karena saya hanya bermodal tali dari ban dalam bekas yang saya kira cukup pendek. Tetapi alhamdulillah ternyata bisa. Kemudian setelah dirasa cukup aman, saya kendarai motor dengan kecepatan yang tidak terlalu kencang guna menghindari jatuhnya karung tersebut. Saya pun memutuskan untuk menuju masjid Sabililllah terlebih dahulu untuk menunaikan shalat Isya.

Setelah shalat saya kemudian menuju minimarket yang ada di area masjid untuk membeli minuman. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju kos dengan kecepatan sedang. Alhamdulillah, saya sampai juga di kos. Karung tersebut kemudian saya turunkan dari sepeda motor. Karung tersebut cukup berat. Ketika mencoba memindahkan dan membawanya ke atas, saya pun terengah-engah.

Demikianlah pengalaman yang dapat saya bagikan. Hanya sekedar ingin menuliskan dan berbagi sedikit cerita saja di tengah kesibukan dan kejenuhan. 

Semoga menginspirasi.

Komentar